TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok garis keras Houthi di Yaman membebaskan 290 tahanan warga negara Yaman pada Senin, 30 September 2019. Pembebasan tahanan ini dibenarkan oleh Palang Merah Internasional atau ICRC.
Diantara tahanan yang dibebaskan itu 42 orang yang selamat dalam sebuah penyerangan di pusat penahaan di kota Dhamar pada awal bulan lalu. ICRC tidak memberikan keterangan detail tentang pembebasan tahanan ini.
Dikutip dari reuters.com, Senin, 30 September 2019, utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, menyambut positif langkah yang dilakukan oleh kelompok Houthi ini yang membebaskan dalam jumlah besar para tawanannya. Griffiths berharap langkah ini nantinya bisa mengarah ke kesepakatan pertukaran tahanan lebih lanjut.
Bangunan yang hancur akibat serangan udara koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi di penjara Houthi di Dhamar, Yaman, 2 September 2019. REUTERS/Mohamed al-Sayaghi
Kelompok radikal Houthi diduga mendapat dukungan dari Iran. Kelompok itu pada Senin, 30 September 2019, membebaskan ratusan tahanan, termasuk diantaranya tiga tahanan warga negara Arab Saudi. Proses pembebasan tahanan ini di bawah pengawasan PBB sebagai bagian dari inisiatif perdamaian.
Situs aljazeera.com mewartakan Komite Nasional Houthi bidang tahanan asing atau NCPA melalui televisi Al Masirah mengatakan sejumlah individu sudah masuk dalam daftar tahanan yang akan dikeluarkan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang disetujui pada Desember lalu di ibu kota Stockholm, Swedia.
"Inisiatif kami membuktikan kredibilitas kami dalam menerapkan kesepakatan di Swedia dan kami ingin semua pihak juga mengambil langkah yang sepadan. Kami memutuskan membebaskan 350 tahanan karena belum ada kesepakatan di Swedia yang dilakukan. Pembebasan akan dilakukan hari ini (Senin, 30/9)," kata Abdul Qader al-Murtada, Kepala NCPA.
Di bawah dukungan PBB, satu dari tiga poin yang disepakati dalam kesepakatan di Stockholm, Swedia, antara kelompok radikal Houthi dan pemerintah Yaman adalah pembebasan tujuh ribu tahanan oleh masing - masing pihak. Namun kedua belah pihak tampaknya masih kesulitan menerapkan hal ini. Kelompok Houthi melakukan pemberontakan sejak 2014 dengan mengambil alih ibu kota Sanaa dan sejumlah kota di utara Yaman.